Kamis, 04 April 2013

Kisah seorang kawan yang belajar berdagang

Setiap pagi setelah absen seperti biasa saya bergegas ke warung kopi. Biasalah.. sebelum beraktifitas rutin di kantor, kami hampir selalu  ngumpul di warung kopi sebelah lapangan kantor.  Ada yang memang sekedar ngopi, ada juga yang sarapan indomi. Dari jam 7 sampai jam 8 pagi. Slow start lah..

Kami sama-sama sebagai pegawai di sebuah kantor pemerintah.  Gaji lumayan lah untuk ukuran pegawai negeri. Dengan grade 11 saya terima bruto 10 jutaan. potong cicilan mobil sama rumah masih kebagian 6 jutaan, cukuplah buat belanja sebulan sama bayar sekolah anak-anak.

Ceritanya begini..
Sambil menunggu kopi yang masih terlalu panas, teman saya sebut saja Agung yang memaang jarang ikut ngopi ini bertanya kepada saya. " Mas, saya ini ingin memulai usaha, kira-kira apa yang cocok ya?"

Walah.. memang saya ini apa. Meski sudah memulai usaha, (selama ini teman-teman "terlanjur" kenal saya sebagai seorang pedagang mobil bekas),  namun boleh dibilang sampai saat ini saya belum bertemu dengan yang namanya "sukses". Lha istilahnya saya ini masih kaki lima. Belum sampe punya showroom. Apalagi punya showroom lima.  Meski kalo diitung kadang sebulan dapat lebih lima juta, kadang 3 juta. agak lumayan, meski ga tentu juga.

Kembali ke pertanyaan teman Agung tadi, setelah sedikit mikir-mikir saya balik bertanya. "Lhah sampeyan ini pengennya usaha seperti apa? mau buka toko? mau bikin rumah makan? Mau bikin quest house atau apa?"
 "Kalo rumah sewa saya sudah ada mas, rumah peninggalan orang tua yang di Cikoneng itu saya kelola jadi rumah sewa. Istilahnya  quest house. lumayanlah walau hanya satu rumah dengan 3 kamar, setiap akhir pekan selalu ada saja yang sewa. Rata2 rombongan keluarga dari luar kota yang maen ke Bandung mas." cerita Agung pada saya.
"Lha sampeyan ini sudah jadi pengusaha gitu, koq masih nanya saya." kataku.
"Saya ingin jualan mas, tentu selain tetap ngelola rumah sewa saya. Kira2 jualan apa ya? karena kalo mau ikut jualan mobil sepertinya modal saya belum seberapa".
Setelah nyruput kopi yang masih terasa hangat, saya lanjutkan obrolan sama Agung.

"Gung, sampeyan ini kan punya motor yang cukup bagus, selain saya lihat selalu klimis, juga sepertinya motor seperti punya sampeyan ini  lagi naek daun."

Ceritanya memang si Agung ini tiap hari brangkat pulang kantor sering terlihat nyempak motor Ninja 250 warna hijau. Selain kadang terlihat bawa mobil Hyundai sesekali juga.

"Maksudnya saya suruh jual motor saya mas?"

"Bukan begitu gung. Mulai dari yang ada pada sampeyan saat ini lah. Kan sebagai penggemar Kawasaki Ninja 250, tentu sudah hafal seluk beluk dan history dari Ninja 250. Tinggal sekarang coba riset harga pasar. liat juga para pedagang kira2 lepas barang diharga berapa. Kalo sudah hapal karakter dan harga pasaran, ya coba belanja lah. Mulai cari motor ninja di koran atau di internet yang sekiranya dari pemakai. Coba kalo bisa beli 3-5 juta dibawah pasaran. Trus jual lagi. Kalo dapetnya dari internet, ya jual di koran. Kalo dapetnya di koran, ya jual di internet.  Yang sampeyan pake itu sih pake saya sebagai klangenan.  
 
" O oo, gitu yo mas. Saya akan coba mas." kata Agung dengan bersemangat.
Saya liat Agung ini cukup punya potongan jadi pengusaha. Dari cara berfikir yang selalu ingin "nambah omset", juga cara bicara yang tidak banyak ngeyelan.

Tak terasa jam sudah menunjuk pukul 8. Bergegas kami habiskan sisa kopi dicangkir yang sudah mulai dingin. Tak lupa bayar pada ceuk Kantin.


"Kalo sudah yakin segera praktek ya Gung. Coba seminggu kluarin ninja satu ya." kata saya menutup pembicaraan sambil jalan bergegas menuju ruangan kerja.
" Insya Alloh mas. Saya akan coba". Kata Agung dengan menyakinkan.

Hari berjalan seiring kesibukan di kantor. Tidak terasa sudah sebulan saya pun agak lupa pernah ngobrolin jualan motor saya Agung teman saya tadi.

Dalam suatu kesempatan saat acara kantor bersama, Agung yang dulu pernah ngobrol di warung kopi itu berbisik pada saya.
"Mas, bulan ini saya sudah menjual 5 motor ninja 250. Se ekornya  ada lebih 2-2,5 juta. Lumayanlah meski modal saya hanya cukup untuk belanja 1 motor."
"wow.. Syukur Alhamdulillah lah. Memang Sampeyan lebih bakat jadi pengusaha dari pada saya." kata saya mengomentari laporan Agung tadi.

Begitulah, meski seorang pegawai negeri, kita tidak dilarang untuk cari tambahan penghasilan. Banyak cara untuk memulai usaha. Dengan buka rumah makan, bikin jualan di web, atau seperti teman saya tadi, jualan motor bekas. Yang jelas jangan cari-cari tambahan penghasilan dari pekerjaan kita di kantor. itu korupsi atau kolusi namanya.  Manfaatkan saja waktu diluar jam kantor, akhir pekan misalnya. Atau .. sedikit jam istirahat masih dimaklumilah.

Alloh menghamparkan siang untuk kita mencari rejeki, dan menggantinya dengan malam untuk kita istrahat dan bermunajat kepadaNya.
Yakinlah, dibalik setiap kesulitan, pasti ada jalan keluar.

Bandung, Januari 2013.


  

1 komentar: